Selama hampir lebih dari 30 tahun, HIV/AIDS telah diselimuti berbagai macam mitos dan kesalahpahaman. Dalam beberapa kasus, pemahaman keliru mengenai penyakit ini telah mendorong sejumlah perilaku yang justru menyebabkan makin banyak orang terjangkit HIV positif. Meskipun banyak pertanyaan yang belum terjawab, para peneliti kini berhasil menemukan sejumlah fakta seputar HIV/AIDS.
Berikut ini adalah mitos-mitos paling berkembang dimasyarakat tentang HIV/AIDS, dilengkapi dengan fakta-fakta pendukung.
Mitos Pertama : HIV sama dengan AIDS
Faktanya HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda. HIV adalah nama virus pembawa penyakit defisiensi imun (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS adalah diagnosis lanjutan setelah virus HIV berhasil menyerang dan melemahkan sistem imun seseorang, sehingga orang tersebut bisa mengembangkan (atau berada dalam risiko yang sangat tinggi terhadap) penyakit sistem imun tertentu. Tidak semua orang positif HIV juga terjangkit AIDS. Pengobatan HIV yang tepat guna bisa memperlambat atau menghentikan progres HIV, yang pada akhirnya akan mencegah orang tersebut mengembangkan AIDS.
Mitos Kedua : HIV/AIDS adalah masalah bagi kaum homoseksual dan pengguna narkoba saja
Faktanya Hubungan seks antar sesama jenis tanpa pengaman dan penggunaan jarum suntik narkoba memang menjadi faktor umum penyebab HIV, namun seks penetratif penis ke vagina adalah salah satu cara umum lainnya dari penularan HIV dengan laporan angka kasus yang cukup substansial. Dalam kasus langka, seks oral juga tergolong sebagai faktor risiko penularan infeksi, walaupun begitu, seks anal tetap memiliki risiko tertinggi infeksi HIV di antara metode aktivitas seksual lainnya.
Mitos Ketiga : Saya bisa terjangkit HIV jika tinggal bersama atau bergaul dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
Faktanya Beragam penelitian membuktikan bahwa HIV tidak disebarkan melalui sentuhan, air mata, keringat, atau pertukaran saliva. Anda tidak akan tertular HIV saat:
HIV hanya bisa ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh tertentu yang mengandung konsentrasi tinggi dari antibodi HIV, seperti darah, sumsum tulang belakang, air mani, cairan vagina dan anus, serta ASI. HIV ditularkan ketika salah satu cairan tersebut (dari orang yang positif HIV) masuk melalui selaput lendir, luka terbuka, atau goresan dari orang yang tidak terinfeksi HIV.
Organisasi HIV/AIDS asal Inggris, AVERT, mengatakan, ciuman mulut tertutup bukan ancaman besar. Tetapi, ciuman dengan mulut terbuka bisa menjadi faktor risiko jika ada darah yang terlibat, seperti luka gigit, gusi berdarah, atau sariawan di mulut. Lebih lanjut, Centers for Disease Control and Prevention US (CDC) menilai, cairan tubuh lainnya, termasuk air liur, hanya memiliki sangat sedikit residu antibodi HIV sehingga risiko infeksi tergolong sangat rendah.
Mitos KeEmpat : HIV dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk
Faktnya HIV memang ditularkan melalui darah, namun tidak ada bukti medis sampai detik ini yang dapat menunjukkan bahwa gigitan nyamuk adalah salah satu medium penyebaran virus HIV, bahkan di tempat yang rawan HIV dan banyak nyamuk. Saat nyamuk berpindah lokasi gigit, mereka tidak akan menginjeksikan darah orang sebelumnya kepada ‘mangsa’ selanjutnya. Selain itu, umur virus HIV dalam serangga tidak akan bertahan lama.
Mitos KeLima : HIV/AIDS adalah hukuman mati
Faktanya Pada tahun-tahun awal epidemi, angka kematian akibat HIV/AIDS menjulang tinggi. Tapi sejak perkembangan sains modern, obat retroviral memungkinkan para ODHA untuk memiliki usia bertahan hidup yang lebih panjang, normal, dan tetap bisa produktif.
Mitos KeEnam: Obat terbaru bisa sembuhkan saya dari HIV/AIDS
Faktanya Walaupun terbukti secara medis bisa mengurangi angka kematian akibat HIV/AIDS secara drastis, obat retroviral harus tetap diminum secara rutin sepanjang hidup. Jika banyak dosis terlewati, virus dapat berkembang menjadi kebal obat yang bisa menimbulkan berbagai efek samping parah di kemudian hari. Belum ada obat penawar HIV/AIDS.
Mitos KeTujuh : Selama minum obat HIV/AIDS, saya tidak akan menularkan virus
Faktanya Obat retroviral, walaupun digunakan rutin, hanya akan menekan kadar jumlah HIV dalam darah sehingga terlihat dalam ambang batas normal pada tiap uji tes darah. Penelitian menunjukkan, bagaimanapun juga masih terdapat virus HIV dalam jumlah kecil yang bersembunyi dalam darah. Penting untuk selalu melakukan seks yang aman untuk mencegah penyebaran virus.
Mitos KeDelapan : Saya dan pasangan sama-sama ODHA, kami tidak perlu melakukan seks aman
Faktanya Anda dan pasangan masih memiliki risiko rentan penularan terhadap jenis virus HIV yang kebal obat. Dua partner seksual dengan HIV positif bisa memiliki genetik virus yang berbeda dan, jika keduanya terlibat dalam seks tanpa pengaman, masing-masing virus dapat menginfeksi satu sama lain dan berevolusi untuk menyerang tubuh dengan dua tipe virus yang berbeda. Hal ini akan semakin memperparah kelemahan sistem imun, dan mungkin akan dibutuhkan perubahan terapi dan perubahan obat. Penting untuk selalu melakukan seks yang aman untuk mencegah penyebaran virus.
Mitos KeSembilan : Tanda dan gejala virus HIV dapat terlihat dengan mudah
Faktanya Anda bisa terjangkit HIV positif tanpa menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda, atau partner Anda, memiliki HIV positif adalah dengan melakukan tes darah.
Mitos KeSepuluh : Ibu hamil dengan HIV positif akan selalu menularkan HIV kepada janinnya
Faktanya Penularan infeksi ibu-ke-anak adalah salah satu cara penyebaran virus. Ibu hamil positif HIV yang tidak menjalani perawatan memiliki peluang penularan 1:4 kepada janin di dalam kandungannya. Saat ibu dan janin menerima pengobatan yang tepat guna sebelum, selama, dan sesudah kelahiran, peluang risiko infeksi pada bayi akan menurun hingga 1-2%.
Berikut ini adalah mitos-mitos paling berkembang dimasyarakat tentang HIV/AIDS, dilengkapi dengan fakta-fakta pendukung.
Mitos Pertama : HIV sama dengan AIDS
Faktanya HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda. HIV adalah nama virus pembawa penyakit defisiensi imun (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS adalah diagnosis lanjutan setelah virus HIV berhasil menyerang dan melemahkan sistem imun seseorang, sehingga orang tersebut bisa mengembangkan (atau berada dalam risiko yang sangat tinggi terhadap) penyakit sistem imun tertentu. Tidak semua orang positif HIV juga terjangkit AIDS. Pengobatan HIV yang tepat guna bisa memperlambat atau menghentikan progres HIV, yang pada akhirnya akan mencegah orang tersebut mengembangkan AIDS.
Mitos Kedua : HIV/AIDS adalah masalah bagi kaum homoseksual dan pengguna narkoba saja
Faktanya Hubungan seks antar sesama jenis tanpa pengaman dan penggunaan jarum suntik narkoba memang menjadi faktor umum penyebab HIV, namun seks penetratif penis ke vagina adalah salah satu cara umum lainnya dari penularan HIV dengan laporan angka kasus yang cukup substansial. Dalam kasus langka, seks oral juga tergolong sebagai faktor risiko penularan infeksi, walaupun begitu, seks anal tetap memiliki risiko tertinggi infeksi HIV di antara metode aktivitas seksual lainnya.
Mitos Ketiga : Saya bisa terjangkit HIV jika tinggal bersama atau bergaul dengan ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)
Faktanya Beragam penelitian membuktikan bahwa HIV tidak disebarkan melalui sentuhan, air mata, keringat, atau pertukaran saliva. Anda tidak akan tertular HIV saat:
- Berada di satu ruangan dan menghirup udara yang sama dengan ODHA
- Menyentuh barang-barang yang telah disentuh oleh ODHA
- Meminum dari gelas yang telah digunakan oleh ODHA
- Memeluk, mencium, atau berjabat tangan dengan ODHA
- Berbagi peralatan makan dengan ODHA
- Menggunakan peralatan gym bersama-sama dengan ODHA
HIV hanya bisa ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh tertentu yang mengandung konsentrasi tinggi dari antibodi HIV, seperti darah, sumsum tulang belakang, air mani, cairan vagina dan anus, serta ASI. HIV ditularkan ketika salah satu cairan tersebut (dari orang yang positif HIV) masuk melalui selaput lendir, luka terbuka, atau goresan dari orang yang tidak terinfeksi HIV.
Organisasi HIV/AIDS asal Inggris, AVERT, mengatakan, ciuman mulut tertutup bukan ancaman besar. Tetapi, ciuman dengan mulut terbuka bisa menjadi faktor risiko jika ada darah yang terlibat, seperti luka gigit, gusi berdarah, atau sariawan di mulut. Lebih lanjut, Centers for Disease Control and Prevention US (CDC) menilai, cairan tubuh lainnya, termasuk air liur, hanya memiliki sangat sedikit residu antibodi HIV sehingga risiko infeksi tergolong sangat rendah.
Mitos KeEmpat : HIV dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk
Faktnya HIV memang ditularkan melalui darah, namun tidak ada bukti medis sampai detik ini yang dapat menunjukkan bahwa gigitan nyamuk adalah salah satu medium penyebaran virus HIV, bahkan di tempat yang rawan HIV dan banyak nyamuk. Saat nyamuk berpindah lokasi gigit, mereka tidak akan menginjeksikan darah orang sebelumnya kepada ‘mangsa’ selanjutnya. Selain itu, umur virus HIV dalam serangga tidak akan bertahan lama.
Mitos KeLima : HIV/AIDS adalah hukuman mati
Faktanya Pada tahun-tahun awal epidemi, angka kematian akibat HIV/AIDS menjulang tinggi. Tapi sejak perkembangan sains modern, obat retroviral memungkinkan para ODHA untuk memiliki usia bertahan hidup yang lebih panjang, normal, dan tetap bisa produktif.
Mitos KeEnam: Obat terbaru bisa sembuhkan saya dari HIV/AIDS
Faktanya Walaupun terbukti secara medis bisa mengurangi angka kematian akibat HIV/AIDS secara drastis, obat retroviral harus tetap diminum secara rutin sepanjang hidup. Jika banyak dosis terlewati, virus dapat berkembang menjadi kebal obat yang bisa menimbulkan berbagai efek samping parah di kemudian hari. Belum ada obat penawar HIV/AIDS.
Mitos KeTujuh : Selama minum obat HIV/AIDS, saya tidak akan menularkan virus
Faktanya Obat retroviral, walaupun digunakan rutin, hanya akan menekan kadar jumlah HIV dalam darah sehingga terlihat dalam ambang batas normal pada tiap uji tes darah. Penelitian menunjukkan, bagaimanapun juga masih terdapat virus HIV dalam jumlah kecil yang bersembunyi dalam darah. Penting untuk selalu melakukan seks yang aman untuk mencegah penyebaran virus.
Mitos KeDelapan : Saya dan pasangan sama-sama ODHA, kami tidak perlu melakukan seks aman
Faktanya Anda dan pasangan masih memiliki risiko rentan penularan terhadap jenis virus HIV yang kebal obat. Dua partner seksual dengan HIV positif bisa memiliki genetik virus yang berbeda dan, jika keduanya terlibat dalam seks tanpa pengaman, masing-masing virus dapat menginfeksi satu sama lain dan berevolusi untuk menyerang tubuh dengan dua tipe virus yang berbeda. Hal ini akan semakin memperparah kelemahan sistem imun, dan mungkin akan dibutuhkan perubahan terapi dan perubahan obat. Penting untuk selalu melakukan seks yang aman untuk mencegah penyebaran virus.
Mitos KeSembilan : Tanda dan gejala virus HIV dapat terlihat dengan mudah
Faktanya Anda bisa terjangkit HIV positif tanpa menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda, atau partner Anda, memiliki HIV positif adalah dengan melakukan tes darah.
Mitos KeSepuluh : Ibu hamil dengan HIV positif akan selalu menularkan HIV kepada janinnya
Faktanya Penularan infeksi ibu-ke-anak adalah salah satu cara penyebaran virus. Ibu hamil positif HIV yang tidak menjalani perawatan memiliki peluang penularan 1:4 kepada janin di dalam kandungannya. Saat ibu dan janin menerima pengobatan yang tepat guna sebelum, selama, dan sesudah kelahiran, peluang risiko infeksi pada bayi akan menurun hingga 1-2%.