Novel Kakashi Hiden: Hyōten no Ikazuchi Chapter 1 Bahasa Indonesia

Mei 31, 2015 0

NOVEL KAKASHI HIDEN BAHASA INDONESIA - CHAPTER 01 "KERAGUAN"

__ Penulis : Akira Higashiyama __
__ Ilustrasi : Masashi Kishimoto __
__ Sumber : Dunia Naruto Indonesia __

__ Novel Kakashi Hiden - Chapter 01 "Keraguan" __

Seperti biasa, Naruto sedang memegang mangkuk ramen, tiba-tiba mengeluarkan kepalanya keluar dari kedai Ichiraku. “Kakashi-sensei! Kakashi-sensei!” teriak Naruto.

Disisi lain, dari sudut pandang Kakashi, ia tidak merasa melihat Naruto. Setidaknya, tidak untuk saat ini. Dan kemudian, Kakashi mulai membuka dan membaca buku favoritnya, Icha Icha Tactic. Bab ketiga merupakan bab yang paling “Icha-Icha” dari seri buku tersebut. “Diam saja dan ikutlah denganku!” ajak Naruto. Kakashi pura-pura terhanyut dalam bacaannya, mencoba untuk mengabaikan komentar Naruto dan membiarkannya bagaikan angin lalu.

“Kakashi-sensei ‘tebayo!” teriak Naruto sekali lagi. Yah, meskipun begitu, untuk seseorang seperti Naruto, ia bukanlah tipe orang yang mengerti tentang sifat sentimentil seseorang, apapun yang terjadi.

“Ada yang salah? Aku terus memanggilmu… kau belum cukup tua untuk menjadi tuli, kan?“ ucap Naruto dengan kesal.

“Mm? Ah, Naruto?” jawab Kakashi, padahal dalam benaknya ia menghela nafas. “Ah, maaf.. aku sedang bingung karena buku ini, jadi aku tidak memperhatikanmu.. Oh! Bagaimana dengan tangan buatanmu?”

“Yah, masih agak kurang pas, tetapi…” sambil Naruto bicara, ia dengan canggung menggerak-gerakkan sumpit di tangan kanannya. “Aku juga tidak meminta terlalu banyak kok – tebayo."

“Oh, begitu.” sahut Kakashi.

“Selain itu, Kakashi-sensei, kau masih belum melakukan upacara pelantikanmu?” tanya Naruto.

“Eh?” Kakashi melangkah lebih dekat. “Yah, untukku, aku lemah untuk hal seperti itu.”

Belakangan ini Kakashi ditanyai tentang hal tersebut kemanapun Ia pergi, dan Ia akan sedikit menciut. Tentu saja, Kakashi sudah memantapkan dirinya untuk menjadi Hokage. Bagaimanapun, bagi dirinya sendiri, Kakashi berpikir bahwa ia sudah tidak memiliki kapasitas lagi sebagai seorang Hokage. Setelah upacara pelantikan selesai, ia tidak dapat kembali lagi. Sekarang Perang Dunia Shinobi Keempat telah selesai, jadi tak perlu untuk terburu-buru menjadi Hokage selanjutnya, kan? Kakashi terus memikirkan hal itu dalam benaknya.

"Tetapi bagaimana dengan Monumen Hokage, itu sudah selesai..” dengan menggunakan tangan kanannya secara canggung, Naruto dengan bisingnya menyedot ramennya.

“Tapi semua orang menantikan hal itu… pertama, siapa Hokage nya? Ini belum jelas, entah itu dirimu atau Tsunade. Kau memberi contoh yang buruk kepada desa lain – tebayo. Itulah inti dari pelantikan, kan?” jelas Naruto.

“Karena Tsunade-sama juga masih sehat. Dan juga bagiku...“

"Untuk Nenek Tsunade, dia sudah tidak cocok – tebayo.” potong Naruto. Naruto secara terus terang menyatakan hal keterlaluan dan tak terpikirkan seperti itu.

“Akibat perang terakhir kemarin, Nenek Tsunade berada di ambang kematian. Bagaimana caranya, maksudku ada beberapa jenis pekerjaan yang tidak dapat ia kerjakan secara maksimal.” ucap Naruto.

“Begitukah?” sahut Kakashi.

“Kurasa jika ia pergi tanpa tujuan di siang hari, dia mungkin minum sake... di tempat perjudian mencoba untuk memulai perkelahian. Ini adalah perang untuk dirinya sendiri di usia senjanya, tidakkah kau menyadarinya?” ucap Naruto sambil tertawa.

“Hey, kenapa kau harus membicarakan hal itu dengan antusias?” Hal ini bukanlah suatu bahan candaan bagi Kakashi. Setelah mengatakan hal tersebut, dari belakang Naruto muncul sebuah aura gelap haus darah yang tak biasa.

“Yah, Nenek Tsunade memang memiliki penampilan yang masih muda, tetapi ini dapat dimengerti bahwa ia secara bertahap akan menuju usia tua dan pensiun dalam waktu dekat, yah untuk bersenang-senang.” tambah Naruto.

“Eh... Err, seperti itu kah?” imbuh Kakashi.

Rasa haus darah tersebut semakin meningkat. Kakashi menjadi bingung.

“Tsu... Tsunade-sama, Aku rasa Ia masih mudah. Yeah. Kurasa begitu.” Kakashi gugup.

“Pada tingkat apa? Walaupun dari jauh, kau tidak tahu atau tidak perduli akan hal itu, tapi jika kau lihat lebih dekat, wajahnya itu dipenuhi oleh kerutan.” imbuh Naruto lagi.

“Whaa!” dalam pikiran Kakashi. “Jaga ucapanmu dan hentikan itu!”

Berbicara tentang suara yang berlebihan... Naruto bahkan seharusnya tidak perlu untuk berbicara tentang itu. Rasa haus darah itu semakin menjadi bertambah buruk.

“Mengapa kau terlihat begitu kebingungan, Kakashi-sensei?” tanya Naruto.

Sepasang mata yang mencolok bersinar dari belakang Naruto. Hanya Naruto yang tidak menyadarinya.

“Aku tidak dapat berbicara keras-keras. Belakangan ini, ia menjadi sangat pemarah. Kelupaannya juga sangat menyeramkan.” ucap Naruto lagi.

Dalam pikiran Kakashi “Matilah anak ini.”

Ketika Kakashi menutup matanya, Ia tidak melihat tinju Tsunade mendarat di kepala Naruto. Bam!! Suaranya bukan main, entah Kakashi ingin atau tidak, ia pasti mendengarnya.

“Siapa yang sangat pelupa?” kemarahan Tsunade menggema. “Aku menjadi pemarah, itu semua karena kau yang membuatku begitu!”

Ketika Kakashi membuka matanya, Ia melihat ada benjolan besar di kepala Naruto sambil tersungkur di tanah.

“Kakashi!” ucap Tsunade.

“Y...Ya!” jawabnya. Karena mata Tsunade yang bersinar menatap mereka, suara Kakashi menjadi terputus-putus. “A-Aku rasa Tsunade-sama masih cukup muda...”

“Kau masih belum memutuskan tanggal pelantikanmu?” ucap Tsunade.

Hening...

“Keraguan itu, aku mengerti betul.” ekspresi Tsunade melunak. “Karena aku juga pernah merasakannya.”

“Ya...” jawab Kakashi.

“Untuk menjadi seorang Hokage, Kau tidak dapat hidup seperti yang kau inginkan sebelumnya.” Tsunade menganggukkan dagunya ke arah Naruto yang sedang tersungkur di tanah. “Juga cepat atau lambat untuk si idiot ini, tidak akan bisa seenaknya sendiri.”

Kakashi terdiam mendengarkan Tsunade berbicara.

“Rokudaime Hokage bukanlah orang lain, tetapi hanya kau seorang.” ucap Tsunade. Naruto memang telah menjadi kuat, tapi seperti yang kau lihat, ia masih belum memiliki kaliber seorang Hokage. Selain itu, pada konferensi Lima Kage, bukankah sudah diputuskan bahwa kau akan menjadi Hokage?”

“Karena pada waktu itu, aku masih memiliki Sharingan” ucap Kakashi.

Hening...

“Semenjak kehilangan Sharingan, aku juga tidak dapat menggunakan Raikiri....” ucap Kakashi menambahkan. “Untuk Raikiri, itu karena aku memiliki penglihatan kinetik dari Sharingan. Itulah kenapa aku dapat menyelesaikan jutsu tersebut. Jika aku menjadi Hokage dengan keadaanku yang sekarang, bagaimana mungkin aku bisa melindungi Konoha? Itulah yang aku pikirkan.”

“Kakashi...” ucap Tsunade.

“Maafkan aku Tsunade-sama... tentang diskusi ini. Tolong tunggu hingga misi kali ini selesai.” dalam pikiran Kakashi.”Kau akan menjadi Rokudaime Hokage, Kakashi....” ia terbesit perkataan Obito dahulu. Setelah itu, ia diberikan Sharingan sebagai hadiah. “Buat apa aku ragu? Sejak awal Sharingan hanya dipinjamkan padaku untuk waktu yang terbatas, kan? Ahh... mungkin, aku terlau banyak bergantung pada Sharingan.” batinnya.

“Ia adalah pelindung Tobishachimaru ‘kan?” Tsunade mengganti topik pembicaraan. “Apakah orangnya cukup?”

“Mungkin di saat terakhir, baru dapat personil yang cukup. Tahun ini, sejak mereka bertugas di Houzukijyou, Tim Guy dan Tim 10 Shikamaru terus berada di sana.” jawab Kakashi.

“Houzukijyou... tapi mereka harus cepat memutuskan siapa raja Kaisar untuk kastil itu.” imbuh Tsunade.

“Untuk mencari seorang master seperti Mui, mereka mungkin tidak akan banyak menemukan seseorang sepertinya.” tambah Kakashi.

Beberapa tahun sebelumnya, dengan strategi gabungan antara Konohagakure dan Kumogakure, Houzukijyou ditumpas. Sebelum kastilnya dipulihkan dan para tahanan dikendalikan dengan jutsu yang disebut Tenrou no Hijutsu (Jutsu Rahasia Penjara Langit) oleh Kaisar kastil, Mui. Di tengah menjalankan strateginya, Mui kehilangan nyawanya. Semenjak itu, Konoha, Suna, Kumo, Iwa dan Kiri, saling bergantian untuk menjadi penjaga penjara.

“Untuk Naruto, semenjak ia perlu menjaga desa, kali ini para Jounin akan menemaniku dalam misi. Yah, karena kita hanya menjadi penjaga upacara, seharusnya tidak ada masalah. Bahkan jika kapalnya terbang, itu masih tugas kita.” jelas Kakashi.

“Hal ini mengingatkanku, bukannya Guy berkata bahwa ia ingin melakukan misi ini? Dengan kakinya yang seperti itu, iya tidak seharusnya berkata demikian.” kata Tsunade.

“Seperti biasanya, ia hanya ingin melihat kapal terbang.” ucap Kakashi. “Jika ini Guy, ia mungkin akan pergi ke Nami no Kuni (Negeri Ombak) dengan kursi rodanya.”

“Kapal terbang... Cerita yang luar biasa, bukan? Saat ini, kelihatannya keberadaaan Tobishachimaru adalah rahasia untuk negara lain, bagaimanapun...” ucap Tsunade.

“Ehh, ini akan segera diketahui secara luas. Jika informasi tentangnya bocor, hal ini akan segera diminta oleh tiap desa dari tiap negara. Mereka akan mencoba untuk mencuri teknologi Tobishachimaru dari Nami no Kuni.” tambah Kakashi.

Sejenak, dalam benak Kakashi, ia mengumpulkan semua pemikirannya. Mengenai izin dari langit dan bagaimana sesama shinobi menipu satu sama lain, pembunuhan bersama mungkin akan dimulai, atas hak ke langit.

__ Novel Kakashi Hiden - Chapter 01 "Keraguan" __

__ Bersambung Ke Novel Kakashi Hiden Chapter 02 __

Funfair style artwork for Em's room

Mei 29, 2015 0



This isn't so much a diy post as a "look at the cool thing I got" post!

 My artistic skills run more towards the abstract (i.e. I can throw paint at a canvas but that's about it) so this is the work of someone with infinitely more talent in this area...my mother.

This kind of art is something that she used to do a lot of, but she hasn't really done it seriously since I was small. I always planned to ask her to do this once Em had her own room and thankfully she agreed!



I've always loved this style of lettering, and it seems to be quite popular at the moment, but it has the extra little bit of meaning for us which is lovely.




I love the little edge of gold on the letters that catches the light.




I'm really happy with it. My mother used colours to complement Emilia's room as it is at the moment, but I think this particular piece of art will grow with her, and she loves that her granny made it for her!


All these photos had to be edited cos she wouldn't wear pants...I'm not even joking.



On a purely practical note, it's painted on a really light piece of particleboard and it's stuck up with three command strip picture hanger velcro thingies. It's light and I wanted it flush with the wall so this is perfect.








We're finishing up her room slowly but surely, and there's a couple of cool projects I have to share with you as soon as I can get them completely finished and photographed.

 Anyone having trouble finding rugs or curtains that are both individual and don't cost the earth? I have the tutorials for you!



'till next time ;)

Linda

Novel Kakashi Hiden: Hyōten no Ikazuchi Prolog Bahasa Indonesia

Mei 29, 2015 0


NOVEL KAKASHI HIDEN BAHASA INDONESIA - PROLOG "ORDE BARU"

__ Penulis : Akira Higashiyama __
__ Ilustrasi : Masashi Kishimoto __
__ Sumber : Versiteks.com __

__ Novel Kakashi Hiden - Prolog "Orde Baru" __

Didukung oleh angin kuat di langit, 500 meter di atas permukaan tanah, Sai membalikan tubuhnya.

"Ahh." ucap Naruto. Ia menatap ke markas musuh yang berada jauh di bawahnya.
"Tak akan ada masalah'ttebayo!!"
"Tapi, tanganmu masih..."
"Untuk orang-orang seperti mereka, satu tangan sudah cukup'ttebayo!!"

Menciptakan burung besar dengan Chouju Giga, di bawah lindungan gelapnya malam, mereka tak terlihat dari bawah sana.

Namun, dari sudut pandang Naruto, ia bisa melihat permukaan dengan sempurna.

Meskipun sudah tengah malam, mereka bisa melihat musuh bersembunyi di lembah gunung-gunung yang kasar, dengan asap dari obor penjaga malam yang masih berkobar.

Terlihat shinobi pengintai berjalan di sekitar tempat itu. Tebing batu terjal di sepanjang garis pegunungan yang mirip tempat menaruh jarum. Merasakan udara dingin cahaya bulan, kelembaban itu membuat mereka tampak semakin basah.

"Tepat sekali, strategi benteng pertahanan alami..." Sai menjawab apa yang ada di pikiran Naruto.
"Bagi Garyo untuk bergerak berulang-ulang di tempat yang sama seperti itu, eh?"
"Gara-gara strategi itu, orang-orang dari Negeri Ombak terbunuh."

Naruto menggertakan erat gigi belakangnya.

Banyak hal telah berlalu semenjak Perang Besar Dunia Shinobi, ini adalah malam September dengan angin yang kencang.

Sambil berdesis kecil, angin terus bertiup melalui lembah. Perlahan menyelinap ke dalam area mereka, Sai dan Naruto menunggangi burung besar. Sambil terbang berputar dalam lingkaran raksasa, mereka masih merasa kalau markas persembunyian Garyo berada tepat di bawah mereka.

"Ini bukanlah sesuatu yang perlu dipikirkan terlalu dalam, Naruto. Dengan terjadinya Perang Besar Dunia Shinobi Keempat, bukan berarti itu merupakan perang terakhir dari seluruh umat manusia."

"Dan malah, orang-orang yang simpati dengan ideologi Madara mulai bermunculan."

Sebelum Sai mengatakannya, Naruto melompat dari punggung burung besar itu.

"Garyo-sama dengan mereka, kan?"

Booooooom!

Bersamaan dengan suara yang terdengar memotong udara, Naruto meluncur dari langit malam. Ia menciptakan silang dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya. Akibat pertarungannya dengan Sasuke, ia kehilangan tangan kanannya. Ini adalah metode terbaru yang digunakan untuk merapal segel.

"Tajuu Kage Bunshin no Jutsu!"

Boof! Ketika para penjaga menyadari itu adalah Naruto yang menciptakan gelombang dari balik asap mereka sendiri, sudah terlambat karena para kage bunshin telah mengepung persembunyian Garyo.

"Serangan musuh!" Suara marah dari mana-mana.

"Lindungi Garyo-sama!"

Dari pondok yang mereka bangun di tebing yang curam, dan dari banyaknya gua yang ada di sana, shinobi musuh bermunculan.

Para kage bunshin melempar kunai, membuat beberapa orang terjatuh dalam waktu yang bersamaan. Naruto diserang oleh musuh yang berada di belakangnya. Dengan bunyi letusan, asap menyebar dan bunshin itu menghilang.

Dari pusat persembunyian musuh yang lapang, suasanya yang mencekam mengubahnya menjadi medan pertempuran.

Naruto memperhatikan sekitar. Sebelumnya, ia mendapat informasi dari Kakashi untuk menyelidiki sebuah gua.

Yang dimaksud adalah gua dimana batu tajam yang menyerupai dua taring terpaku di pintu masuknya. Gua itu adalah satu-satunya jalan untuk keluar masuk persembunyian Garyo, mengingat tempat itu dikelilingi oleh gunung-gunung curam yang jumlahnya banyak. Itulah yang Kakashi informasikan.

"Kalau begini... kalau dia berniat untuk meloloskan diri, dia tak punya pilihan lain selain menggunakan gua itu'ttebayo!"

Gua itu adalah tempat dimana kage bunshin dan musuh sebelumnya bertarung mati-matian.

Bagian dalam gua itu seperti mulut makhluk buas yang memperlihatkan seluruh taringnya. Sekelompok shinobi melindunginya. Seorang lelaki kecil mencoba untuk kabur. Terdengar bunyi samar dari pakaiannya yang terseret...

"Garyoooooo!"

Teriakan Naruto bergema di antara bebatuan.

"Kau! Aku tak akan membiarkanmu kabur!"

Sebelum gema suara itu menghilang, musuh menghalangi jalan Naruto. Seorang shinobi yang dibalut pakaian putih salju muncul. Wajahnya tertutup oleh topeng dengan motif lengkungan.

"Jangan menghalangi jalanku'ttebayo!"

Naruto langsung melempar kunai ke arahnya.

Namun, sesaat setelah ujung kunai Naruto hendak mengenainya, shinobi bertopeng itu menghilang layaknya kabut. Langsung setelahnya, Naruto sadar orang itu sudah bersiap untuk menyerang punggungnya.

"Hyoton: Jisarenhyou!"

Bagian belakang tubuh Naruto dibuat beku.

Akibat serangan itu Naruto terjatuh, namun masih belum cukup untuk membuatnya ambruk.

Naruto berusaha bangun dengan tunjangan kakinya. Ia bangkit, mengacungkan kunai untuk menghadapi lelaki bertopeng itu... Tidak, ia mencoba untuk melakukan itu. Tapi ia tak bisa melakukannya

"A-apa? ttebayo..."

Muncul perasaan seolah terdapat luka gores di dalam tubuhnya. Selanjutnya, perasaan itu berubah menjadi rasa sakit yang sangat tajam.

Biki, biki...bikibikibikibiki! suara daging yang mulai membeku secara perlahan.

Serpihan es yang jumlahnya tak terhitung mulai tumbuh di dalam aliran darahnya. Bagian dalam tubuhnya tampak mulai terpecah menjadi serpihan.

"Uhhhhhh..."

Naruto mengerang dan berlutut. Nafas putih keluar dari mulutnya.

Meskipun udara malam pegunungan itu dingin, ini masih bulan September. Namun, gigi Naruto benar-benar bergetar. Suhu dingin yang teramat di dalam tubuhnya membuatnya menggigil.

Karena ia diserang di bagian punggung oleh lelaki bertopeng, proses pembekuan menyebar cepat ke seluruh tubuhnya. Menyebar hingga menyelimuti seluruh bagian tubuhnya, termasuk tangan dan kaki, kemudian mulai berlanjut ke wajahnya.

Bikibikibiki

Naruto mencoba untuk menggerakan tubuhnya, namun hanya mampu menjatuhkan sebagian kecil es yang melapisinya. Es-es itu terjatuh dari tubuhnya, namun ikatan es sisanya yang begitu kuat membuat Naruto benar-benar tak bisa bergerak.

Lelaki bertopeng itu tak mempedulika es yang menyelimuti Naruto dan kembali ke sisi Garyo.

"Garyo-sama, sebelah sini."

Akan tetapi, Garyo tak mencoba untuk bergerak. Sebaliknya, tiga orang yang melindungi Garyo terjatuh dengan suara menderik.

"!?"

Tampak telah terjadi sesuatu pada mata musuh, yang berada di bawah topeng bermotif lengkungan.

Dari balik kegelapan di belakang Garyo, tangan muncul secara tiba-tiba, tangan yang dengan erat memegangi sebuah kunai.

"Kalau dipikir-pikir, samar-samar aku mengingat kalau Haku juga menggunakan topeng yang sama." Naruto menodongkang kunai di leher target.

"Sesuatu seperti jutsu tadi... Kau... Kau itu ninja pelarian dari Kirigakure, kan?"

"Seperti dugaanku, tadi itu bukan tubuh asli..." ucap shinobi bertopeng, sambil menatap sekilas lewat pundaknya ke arah Naruto yang telah ia bunuh sesaat yang lalu.

"Mengingat kalau kau adalah Uzumaki Naruto, orang yang telah mengalahkan Uchiha Madara, semua seranganku pasti tak ada artinya."

Poof! Kage bunshin Naruto yang terkurung dalam es kemudian menghilang. Lalu, es-es yang menyelimutinya jatuh secara bersamaan dan menciptakan bunyi yang dingin.

Naruto dan musuh saling memandang.

"Kembalikan Garyo-sama...!"

"Tidak mungkin'ttebayo!" Naruto menatap tajam shinobi bertopeng itu.
"Gara-gara kalian, ratusan orang dari Negeri Ombak mati."

"Itu semua demi idiologi kami."

"Ideologi Madara? Masih ada ya sisa ideologi itu setelah perang.."

"Itu adalah kesalahan Madara,." Garyo memotong perkataan Naruto.

"Dia memasukan seluruh dunia ke dalam Mugen Tsukuyomi."

Naruto mempererat todongan kunainya pada leher lelaki kecil gelap itu. Namun tubuh musuh seolah dibalut oleh kesetiaan ambisius, yang membuat ancaman Naruto untuk memotong lehernya bukanlah apa-apa.

Rambut putih panjangnya ia ikat hingga membentuk suatu jalinan. Jenggot putih tumbuh di wajahnya. Di dalam satu-satunya sisi matanya yang berbentuk almond, lumpur yang tampak putih.

"Namun, keinginan sesungguhnya dari Madara tidaklah salah."

Bersamaan dengan bunyi ujung pakaiannya yang dihembuskan oleh angin, Garyo melanjutkan kata-katanya.

"Bosan dengan konflik yang terjadi du dunia. Demi menjalankan suatu keadilan yang tak tertandingi, tak ada pilihan lain selain menggunakan Mugen Tsukuyomi. Tentu, Madara sudah mati. Begitu juga dengan rencana untuk menggunakan Mugen Tsukuyomi. Gara-gara Uchiha Sasuke, rencana itu benar-benar telah hilang untuk selama-lamanya. Namun, ide itu sendiri belum mati. Meskipun harus menggunakan cara lain untuk melakukannya, langkah demi langkah, kami pasti akan bisa mewujudkan keinginan Madara. Aku sangat percaya."

"Hal-hal seperti apa yang kalian rencanakan'ttebayo?"

"Apa itu keadilan yang tak tertandingi? Jawabannya adalah persamaan hak atas semua manusia."

"Ketidak bahagiaan dunia ini semuanya disebabkan oleh ketidaksamaan. Jadi untuk menerapkan persamaan itu, apa yang harus kami lakukan? Tak lain adalah dengan mengontrol kebebasan individu. Kebebasan untuk membuat uang, kebebasan untuk memiliki sesuatu lebih dari orang lain, atau kebebasan bagi orang lain untuk menjadi lebih dari yang lain... Kami bertarung untuk mengendalikan kebebasan itu. Jika eksperimen kami berjalan dengan lancar, tak lama lagi negara lain juga akan menyetujui maksud kami. Untuk sampai pada titik dimana seluruh kebebasan di dunia ini berada di bawah kendali. Tak salah lagi ini adalah maksud sesungguhnya dari idealisme Uchiha Madara. Karenanya, ini akan menjadi orde baru dunia."

"Dan untuk itu, kalian memilih Negeri Ombak sebagai tempat eksperimen?"

Suara Naruto keluar dari getaran di gerahamnya.

"Di negeri ini, mereka tak memiliki desa ninja atau semacamnya. Membunuh orang yang bahkan tak bisa bertarung..."

"Dari awal, negeri ini sudah damai. Kelihatannya kalianlah yang justru membawa kebencian dan keputusasaan."

"Selama ketidaksetaraan masih ada di dunia ini, tak akan ada negeri yang tak memiliki rasa kebencian dan keputusasaan."

Lengan kanan pakaian Naruto berkibar dihempaskan angin yang makin kencang masuk melewati gua itu, bagaimanapun sudah tak ada lagi tangan di balik kain itu.

"Di negeri ini, tak ada desa ninja. Itulah kenapa banyak ninja pelarian berkumpul di tempat ini. Para shinobi pelarian yang berdatangan ke Negeri Ombak ini akan saling membunuh jika shinobi lain menyinggung mereka. Para shinobi akan bersembunyi, sementara orang biasa menjalani hidup sampai tua. Misi hidup mereka sudah jelas: menjalani kehidupan normal layaknya manusia biasa. Namun bagi para shinobi ini, sejak kecil mereka sudah dilatih untuk saling membunuh, namun mereka tak melanjutkannya."

"Jadi apalagi yang bisa para shinobi ini lakukan? Orang-orang Negeri Gelombang mamandang rendah mereka. Orang-orang berpikir bisa membeli harga diri mereka dengan uang. Ketika mereka butuh kekuatan tempur, mereka mengeluarkan uang mereka dan berpikir untuk menyewa orang-orang sepertimu. Tanpa perlu mengotori tangan sendiri. Berpikir kalau semuanya bisa diselesaikan dengan uang. Uang! Uang! Uang! Orang-orang yang tak memiliki uang bahkan tak mendapat perlakuan yang layak untuk manusia. Rekan yang saat ini kau lawan juga pasti mengerti rasanya."

Naruto mengarahkan matanya pada shinobi bertopeng.

"Putraku disengat oleh lebah dan dilarikan ke rumah sakit. Tak ada dokter di sana. Di rumah sakit berikutnya juga tak ada. Bahkan yang selanjutnya juga. Tak ada satupun. Dan ketika kami menemukan tabib yang tak jelas, yang mengaku sebagai dokter, putraku telah kejang-kejang dan berada di pinggir garis kematian."

"Tentu saja, mantra-mantra dan sebagainya itu tak berguna sama sekali untuknya. Kalau saja ia mendapat penanganan medis yang cepat, mungkin dia masih bertahan hidup. Namun semua petugas medis menghilang dari Negeri Ombak. Menurutmu alasannya karena apa?"

Kata-kata Garyo berhenti sejenak sampai situ. Ia menarik nafas pelan lalu dengan perasaan yang sangat sakit berteriak.

"Karena Perang Besar Dunia Ninja Keempat, demi mengobati para shinobi yang terluka, lima negara besar menyewa mereka semua"

"!"

"Kalaupun ada kedamaian di Negeri Ombak, itu karena orang-orang miskin dan tak berdaya dijadikan sebagai korban. Ini adalah kedamaian yang dibangun di atas tumpukan uang kertas." ucap Garyo. "Dan kau, kau benar-benar bisa bilang kalau tak ada kebencian dan keputusasaan di negeri ini, eh?"

Naruto tak mengatakan apa-apa dan malah menutup mulutnya. Sementara shinobi bertopeng itu, ia menunduk menancapka telapak tangannya ke permukaan tanah.

"Hyoton: Jisarenhyou!"

"!?"

Permukaan tanah terbelah dari bawah. Untaian tetesan es yang tak terhitung jumlahnya keluar dan menyebar menutupi pintu keluar gua itu.

"Teknik Jisarenhyou milikku, meski sesuatu hanya memiliki sedikit kelembaban, aku bisa membekukan apapun." Suara di luar topeng topeng itu meredup, dan pecah. "Dengan ini, tak ada jalan lagi bagimu untuk pergi... Kembalikan Garyo-sama."

Shinobi musuh secara bertahap mulai mengepung.

"Aku ikut berbelasungkawa atas apa yang putramu alami, tapi... Aku tak setuju dengan apa yang sudah kau lakukan'ttebayo." ucap Naruto. "Karena mencoba untuk mencapai kedamaian dan membunuh orang, apa kau pikir orang yang lain akan senang? Dengan itu, kebencian baru justru akan muncul'ttebayo."

"Tak akan ada hasil jika tanpa pengorbanan," ucap musuh dari balik topengnya. "Demi mewujudkan order baru dunia ini. Ini adalah sesuatu yang hanya bisa diwujudkan lewat penderitaan."

"Kenapa kalian terobsesi sekali dengan hal-hal seperti itu'ttebayo.."

"Aku tak mau berdebat denganmu di sini."

"..."

"Kalau kau tak mau mendekatiku, maka aku akan menggunakan caraku sendiri."

"Ini sulit, tapi aku tak mau bertarung melawanmu." Tanpa mengatakan apapun Naruto membawa Garyo dengan satu tangan. Menghentak tanah dan melompat kabur lewat langit-langit gua.

"Ingin melarikan diriki?" Terlambat satu langkah, shinobi bertopeng ikut melompat ke udara. Dalam keadaan tubuh melayang, musuh dengan cepat merapal segel jutsu.

"Hyouken no Jutsu!"

Suara seperti kaca yang pecah terdengar di antara pegunungan. Kelembaban atmosfer bergabung. Pisau es yang jumlahnya sangat banyak meluncur ke arah Naruto. Ujung pisau es yang begitu tajam memantulkan sinar cahaya bulan.

Hampir saja terpotong oleh tebasan pisau es itu, pusaran angin hitam menangkap Naruto dan Garyo.

Piiiii~ Bunyi burung yang bergema di antara lembah.

Shinobi bertopeng mendarat, dengan mata yang pucat melihat ke arah burung hutam yang telah menculik Garyo.

"Nice timing dattebayo!"

"Semuanya baik-baik saja, kan?"

Lalu di balik pungung burung raksasa, Naruto dan Sai melakukan tos.

(Scene Berubah)

"Sejak saat itu, sudah lebih dari 6 tahun ya... Waktu itu, aku masih 12 tahun! Kami tim tujuh sedang dalam sebuah misi' dattebayo. Guru Kakashi, dan Sakura-chan, dan si Sasuke itu juga ikut.."

"Tidak lebih dari 6 tahun."

Inari membenarkan kata-kata Naruto. Inari masih 14 tahun, namun kelihatan lebih dewasa dari umurnya. Di pinggangnya, sebuah palu dan gergaji tergantung.

"Tapi bahkan kak Naruto..."

"Maksudmu tangan kanan ini?"

Inari mengalihkan matanya. Setelah pertarungan melawan Sasuke, Naruto kehilangan tangan kanannya dari ujung sampai ke lengan atas.

"Tentang ini, ini bukan masalah'ttebayo!" Naruto membuka lebar mulutnya dan tersenyum. "Karena ini, aku memperoleh sesuatu yang jauh lebih berharga."

"...Apa kau memang selalu seperti ini?"

"Saat ini, nenek Tsunade sedang membuat palsu untukku'ttebayo, jadi tak perlu khawatir Inari."

"Begitu ya..."

"Ngomong-ngomong, apa yang sudah terjadi pada Negeri Ombak?"

"Dulu, ketika aku bertemu kak Naruto, aku kakekku akhirnya berhasil membuat jembatan yang hebat. Kupikir dengan itu semua orang akan senang." Inari tersenyum kecil.

"Tapi, karena jembatan itu, perdagangan meningkat drastis, orang kaya bertambah banyak, dan mereka hanya peduli dengan uang. Sama seperti Gato, mereka adalah orang-orang yang akan melakukan apa saja untuk uang, dan saat ini mereka sudah benar-benar parah."

"Aku yakin bisa dengan berani membicarakan masalah ini denganmu.."

"Ketika Pain menghancurkan Konohagakure, ketika kami datang untuk ikut membantu melaksanakan pembangunan."

"Waktu itu Konoha begitu sibuk, tak ada waktu luang untuk kami membicarakan masalah ini... tapi sekarang, yah, beginilah kondisi Negeri Ombak saat ini."

Dalam hening, Naruto berdiri untuk makin dekat dengan nisan Momochi Zabuza dan Haku. Dari kayu, nisan yang dibuat hanya tanda seadanya. Enam tahun benar-benar sudah berlalu. Waktu itu, di dekat makam Zabuza, Kakashi menancapkan Kubikiribouchou. Rekan Sasuke, Suigetsu telah mengambilnya.

Angin sepoi berhembus di balik rumput, dan bunga liar ikut terkena hembusannya.

Naruto tentu sudah makin dewasa.

"Lalu, bagaimana kabar kakek Tazuna? Apa dia baik-baik saja?"

Meski sempat ragu Inari akhirnya mengatakan ap yang ada di pikirannya.

"Dengan selesainya sentuhan akhir Tobishachimaru, ia selalu bermalam di pelabuhan galangan kapal."

"Apa dia sedang membangun kapal baru?"

"Bisa dibilang begitu, tapi yang ia buat adalah kapal yang bisa terbang di udara."

"Untuk?"

"Untuk Negeri Ombak, ia mencoba untuk membangun sistem tranportasi. Kalau Tobishachimaru selesai, Negeri Ombak akan menjadi salah satu yang teratas dalam hal transportasi. Sampai saat ini, butuh berhari-hari untuk mengirim barang dengan kapal. Tapi lewat jalur udara, mungkin bisa dikirim dalam waktu yang singkat."

Dari nada bicara Inari, meski cerita tadi tampak seperti kabar bagus, namun yang sebenarnya terjadi adalah kebalikannya. Seperti sesuatu dalam diri Inari menolak itu semua.

"Sebenarnya, ini rahasia, tapi untuk kak Naruto, kurasa aku bisa membicarakannya. Kalau satu unit telah selesai dibuat."

"Para petinggi Negeri Ombak akan diundang, karena ini akan menjadi menjadi pengalaman penerbangan perdana. Kami akan memperlihatkan Tobishachimaru yang luar biasa pada orang-orang. Kami akan mengumpulkan lebih banyak lagi uang. Tapi kalau uangnya sudah terkumpul banyak, kami akan membangun kapal lain lagi, dan mencoba untuk mencakup pasar di lima negara besar. Meskipun ini masih rahasia, saat kakek dan krunya melakukan penerbangan, ke desa konoha, kurasa mereka akan meminta bantuan shinobi Konoha untuk melindunginya."

"Aku tahu beberapa shinobi yang bisa terbang di langit, tapi apa iya ada kapal yang bisa terbang?"

"Selama lima negara besar menghabiskan waktu mereka pada peperangan, Negeri Ombak terus mengembangkan teknologi baru."

"Apa ukurannya besar?"

"Yang kakek dan krunya buat saat ini, kurasa bisa mengangkut sekitar 50-60 penumpang. Kalau ada uang, kami mungkin bisa membuat yang lebih besar lagi."

"Tapi, bagaimana mungkin kapal bisa terbang'ttebayo?"

"Bayangkanlah itu seperti balon raksasa." ucap Inari. "Diisi dengan gas yang lebih ringan dari udara, dan di bawahnya orang-orang dan barang bawaan bisa ditaruh di dalam keranjang besi... mirip gondola. Untuk menggerakannya, di bagian belakang dipasangi enam baling-baling."

Dalam bayangan Naruto, yang tergambar adalah keranjang bambu yang diatasnya terdapat balon-balon yang jumlahnya banyak. Lalu saat melayang di udara, tiba-tiba saja entah dari mana kawanan gagak muncul dan mematuk-matuk balon tersebut. Pan-pan~~ membuat balonnya meletus.

Orang-orang di dalam keranjang bambu itupun berjatuhan.

"Aku tidak mau sama sekali menaiki hal seperti itu'ttebayo." ucap Naruto sambil gemetaran. "Tapi sampai mengundang para petinggi, apa ini benar-benar aman?"

"Tentu sudah dilakukan banyak percobaan.."

"Jadi? karena hasil dari percobaan itu kau begini, Inari?"

"...eh?"

"Bisa dilihat dari wajahmu'ttebayo." Naruto mengangkat bahunya, "Memang benar, kita tak butuh kapal yang bisa terbang."

"...ya" Inari menundukan matanya. "Kalau proyek Tobishachimaru selesai, negeri Ombak akan menciptakan banyak uang.."

"Apa kau tak bisa menerimanya?"

"Itu bukan masalah, tapi..."

"Tapi, bagi para pekerja yang membuat Tobishachimaru, kupikir banyak dari mereka akan pergi setelah proyek ini selesai." Inari mengangkat wajahnya dan memandang ke arah Naruto, "Dari awal, kami penduduk Negeri Ombak mendapat penghasilan dari bisnis angkut barang. Orang-orang mengangkut barang dengan pundak mereka, mengangkut barang dengan kapal laut. Mereka mungkin akan kehilangan pekerjaan mereka. Lalu, apa yang akan terjadi? Orang-orang akan mulai membenci Tobishachimaru. Dan kami yang telah menciptakan hal semacam itu, mereka akan membenci kami juga."

...

"Uang! Uang! Uang!" ingatan tentang suara Garyo berdengung di telinga Naruto. "Kalaupun ada kedamaian di negeri ini, itu karena orang-orang miskin dan tak berdaya dijadikan sebagai korban. Ini adalah kedamaian yang dibangun di atas tumpukan uang kertas."

"Ngomong-ngomong, terimakasih karena sudah menangkap Garyo." melihat ekspresi serius Naruto, Inari mengubah pembicaraannya. "Orang-orang itu, sejak awal mereka sudah menentang pembangunan Tobishachimaru. Mereka sering melakukan pembunuhan terhadap pekerja, membunuh orang-orang... Garyo akan dikirim ke Houzukijyou, kan?"

"Ahh... begitu kurasa."

Tentang Houzukijyou, lima negara besar bekerja sama untuk menanggung biaya pengerjaannya. Dibangun di Kusagakure, merupakan suatu institusi tempat mengurung para tawanan. Dan tentu, lima negara besar ikut andil dalam mengelolanya.

Beberapa tahun sebelumnya, Naruto sempat mendapat misi untuk menyusup ke Houzukijou. Dan pada akhir misi, Houzukijou hancur. Perbaikan pun dilakukan. Karena itu, Inari dan para pekerja Negeri Ombak tahu tentang tempat itu.

"Kalau tak salah, Naruto-niichan, kau pernah dibawa ke Houzukijyou kan? Pasti di sana kau sempat mengintip pemandian para gadis.."

"Itu cuma untuk menjalankan misi!"

Melhat mata Naruto mendadak terbuka lebar begitu, Inari tertawa. Naruto pun ikut tertawa.

"Yah, hal-hal di dunia ini terus berubah'ttebayo." ucap Naruto. "Uang, kunai, ninjutsu, tergantung bagaimana cara memanfaatkannya, kurasa tak ada yang lebih baik atau lebih buruk."

Inari mengangguk.

"Kalau bisa memanfaatkan uang dengan benar, banyak orang pasti akan bisa diselamatkan''ttebayo." ucap Naruto. "Tapi bagaimana caranya, aku tak tahu. Aku rasa menangkap orang-orang seperti Garyo, itu bukan cara yang terbaik, kan?"

__ Novel Kakashi Hiden - Prolog "Orde Baru" __

__ Bersambung Ke Novel Kakashi Hiden Chapter 01 __

Kids room gallery wall

Mei 27, 2015 0

Happy Wednesday! 

Just a quick little post today about the art I used to fill the empty wall over the dresser in my daughter's room.


 But before we get to the good stuff, I just want to say that when it comes to a posting schedule....well, I don't have one! Subjects for posts come up as I complete projects, and when something appears on the blog it's most likely cos I've just finished it!

 And also the kids are in bed and I'm not too tired to type ;)

So while I'm pretty confidant that I'll be posting at least once a week (more when I'm feeling especially energetic!), I can't guarantee when those posts will be ready. I really want to keep things as filler-free as possible, you know, quality over quantity ;)

 So please bear with me, and rest assured, I will post, promise!


On to the prettiness!





When we moved in here back in October we painted Emilia's room white so that I could change it up really easily just by swapping out soft furnishings or giving the furniture a quick lick of paint, and save myself the trouble of painting the whole room every time I changed my mind or wanted to try something new, which happens approximately, oh, every day!

So to that end I painted an old dresser that my mother in law gave to us when we first moved in. It still needs to be varnished to protect it from the dirt-demon that is my daughter but it's pretty, and adds a great pop of colour in the room. It sits on the wall opposite her bed, and the blank space above it was just crying out for some art, but what to use?

There were already animal paintings, family photos and a pinboard on other walls, so I wanted something a bit different. 


Taking a decent photo of something behind glass is obviously not in my skill set. Alas, I was too lazy to remove it.


I had always, always loved this quote from "A midsummer night's dream", and from pretty much the minute Em was born it was clear that it could have been written with her in mind!

So I headed over to Etsy to try and find a print of it I liked and came across Designee, and awesome shop that sells all kinds of printed art and quotes, as well as vinyl wall stickers (I got the gold dots for Em's wall there too-totally removable, I love them!), and the best thing is that everything is customisable, so you can order exactly what you've been wanting. And the ABSOLUTE best part? Anything can be done in gold foil! I was so excited! Really, it doesn't take much.....


2 inch gold dots, 120 for $28
So I ordered me up my Shakespeare quote, and also a "be brave", cos out of all the things I would like her to be, I think brave is a really important one. I also got a second "be brave", and all in the gold foil, 8.5 x 11, portrait style, and the total plus shipping was $33.50. Bargain!





The gold foil is really pretty and catches the light, but I didn't get a good photo of it.

I framed them in nice deep frames I got in B&Q. They were on offer, two for €12, so I bought 10 of them!

I then had to decide how to hang them, and I thought it would look good to use some of my stash of frames to do four of the exact same size over the dresser.

As for what would go in the other two frames, I thought I'd stick with the typographical theme and find a way to use wooden initials I had bought a while back, not knowing what I'd do with them.





So I painted them in the colours I was using for the room, and then came up with a background of gold dots for them, to mirror the wall opposite.

I had these dots left over from Christmas. Ikea were selling them in packets so I bought a few to make garlands from. You could get the exact same effect with gold card and a circle paper punch though.

I framed the circles and then just stuck the letters to the glass with blu-tac :)










And there you have it, a simple little gallery wall that picks up the themes in Em's room. I'm really happy with it :)



See the dirty marks on the dresser?! The shaaaaame!!





What quote would you use on a kids wall? I'm doing my baby sons room at the moment and I need ideas!

Linda xx



p.s: I'm not paid to endorse Designee's shop or anything, I just found her and was genuinely happy with what I got.


Half hour retro table makeover

Mei 18, 2015 0



Now, full disclosure, when I say half hour I mean work time, not counting the bit of drying time in between coats ;) 


So.....




While having my regular nose around the Limerick Animal Welfare charity shop a couple of weeks ago I came across this little beauty for €10.


Pardon my hideous 90's tiles, they're next on the big job list!


And that my friends is why this is my favourite charity shop. Nine times out of ten when you call in there there's nothing but a lot of rubbish, but on that tenth visit you might just be in the right place at the right time and pick up a gem.


They don't have a lot of room, and they haven't gotten as picky with what they accept as donations as other charity shops have so the shop is often filled with....well junk! But the pay off is that they price things really low in order to get rid of them as quickly as possible, so you might just get lucky!


I've gotten a LOT of my furniture there over the last year.


So when I saw those hairpin legs peeping out from under a pile of old toys I snapped it up quicker than you can say "mine!"


The legs were a muddy brown colour and the top was horrible laminate that was mouldy underneath, but I knew I could make it beautiful with just a little work.




So I sprayed the base gold (act like you're surprised), after a coat of spray primer, and then I focused on getting the top looking, well, less disgusting!





Now, I love marble top tables, I think they are just so glamorous, but unfortunately having marble cut to size wasn't in my budget! Thankfully I had seen a post over on Swoonworthy where she had used marble effect contact paper on her vanity to jazz it up, and it looked great! So I took myself off to Guineys and bought a metre of some nice blue/grey stuff that I liked the look of.


I laid it out under the table top and cut around it, leaving a slight lip.




Now, this is the part of the project where you're going to need the help of a crazy haired child in pyjamas. If you don't have access to one I cannot in good conscience advise that you continue. Their help, good people, is essential to the success of this project! ;)

She needed an apple halfway through, to keep her strength up I presume.


So I peeled off the backing and carefully applied it to the top, before using a bank card to rub the paper, forcing any bubbles out towards the sides. If you have stubborn bubbles the paper can be lifted off slightly and re-attached, rubbing with the card as you go to force the air out, but the marble pattern is actually really forgiving so if you can't get it perfectly smooth I wouldn't worry about it too much, I don't think it would be noticeable.




When I was happy that all the bubbles were gone I ran the card around the edge in order create a bend in the paper, then i took a craftknife and carefully cut away the excess.





Then, after a quick prime and spray paint of the underside it was finished.


Voila!!









I tried it out in Em's room too, but it's better in the guest room for the moment.



I think it's really cute. At some point in the future I might paint the legs a really vibrant colour, like a fuschia pink, but for the moment this fits in perfectly with my home, and it will be very useful in the guestroom, where it's doing double duty as both a vanity and a radiator cover!


Ever rescued something from a charity shop? I'd love to hear about it!



Linda
xx
















The Dedicated House

Easiest upholstered headboard tutorial/cheat, promise!

Mei 15, 2015 0

So today I'm going to show you the easiest way to re-upholster a headboard. It's so easy that it's basically a cheat, and while it may not be the "proper" way of doing things it most certainly worked and I'm delighted with it! And as one of my fave bloggers over at the nesting place is so fond of saying "it doesn't have to be perfect to be beautiful", and I couldn't agree more. So here we go......



As Max got bigger and needed to move out of the moses basket and into a cot, we decided that the time was right for Emilia to get a big girl bed, freeing up her cot for Max. There was no way we were going to buy a second cot when Em was nearly three and able to climb out of hers anyway, and neither were we going to use the travel cot for Max in his room. It's fine, but it's ugly. So it was time to bite the bullet and buy a single bed.


Now, the minute I knew we were getting her a bed I started thinking about what would be the best option, both style and function wise, and decided on a divan or a wooden framed bed without a headboard, the idea being that I could hang one on the wall behind the best and therefore have it be really easy to update as her room changed.


And the minute I knew I had free reign with the headboard situation I knew I wanted a really luxe, over the top vibrant velvet upholstered headboard. I've always loved the style, and I thought in a kids room it would stop if from being too "little girl" while still being really colourful and fun.


So I kept my eye out, not sure how I was going to go about it, and then one day I was nosing around the LAW charity shop and found the perfect solution....a single headboard in a gorgeous shape and great condition in the exact style I wanted, for three frickin euro!!! The lady in the shop told me they often get them in and have trouble selling them, so it was cheap. 


Only problem was the colour. It was an olive green, and while I actually really liked it as it was I had set my heart on something really bright for the room (Em's room is coral pink/white/gold) it had to be changed.


So I went on Ebay and ordered up a metre of beautiful mint green velvet, thinking that it would be a real statement, and then I could bring the colour into the rest of the room with accessories.




The velvet arrived, the colour was perfect, I had all my materials (stapler and fabric!), I was good to go.

And then I made my first mistake...I cut out the shape I would need after laying it over the headboard, not taking into consideration that it would have to be forced down into the button hols, so this wouldn't be enough.

Nightmare!

Noooooooooo!!!!!!


And while this would have been fixable by just pulling the material tight and stretching it, that meant that there was too much strain on the staples in the buttonholes, and it started to rip! 

(I had bought dressmaking fabric rather than upholstery/curtain fabric which is much more robust as I couldn't get the colour I wanted in it)

Double nooooooo!!!!!


So it was back to the drawing board, and this time I chose a coral pink velvet (€4.99 a meter in Guineys) as it had turned out I wasn't that happy with the mint green in the room anyway.




This time I was determined to not mess it up!




So I ironed my fabric, even though ironing is one of my very least favourite things to do!


This child better LOVE her room! I only iron on VERY special occasions.


The I dug out my trusty hot glue gun.....




....and laying the fabric over the headboard with plenty of extra over all the edges, I simply started from the middle and glued the material on... I didn't even remove buttons, I told you this was a cheat!

Liquid fire, a.k.a hot glue


To hold the fabric in place while the glue dried (hot glue is approximately as hot as the surface of the sun) I found the inside of a childrens Nurofen syringe was perfect! Happily this was sitting by the sink when I was looking for something to do this job :)





                                 Then I had a toddler inspect my work with a pencil......













Now, if I had thought about it a bit more I would have realised that if I worked up/dpwn/up/down the lines between the buttons would have been much more even, but whatever, I think it's fine :P





I then flipped the whole thing over, trimmed the excess fabric off and then pulled what was left tight before stapling top and bottom in the middle to start with, then worked the whole way around, pulling it tight and smoothing the edges as I went.





                                                            And there she is!







It could be smoother, and the lines a bit more even, but I think it's gorgeous anyway! It took around an hour, not counting my first attempt, and I think it's going to really pull Emilia's room together.


It cost €9 total, and if I had just slowed down and actually thought it through before I started the first time I could have saved myself a lot of trouble! This was a project that I had convinced myself was going to be so easy that I was way too confident and ended up sabotaging myself. But now I've told you what not to do so it should be easy peasy for you ;)







I should hopefully have a full reveal for Emilia's room up sometime next week, still have a couple of projects to finish for it.



So tell me what you think, I love comments almost as much as I love it when a plan comes together ;)

Linda xx












The Dedicated House
x

Entri yang Diunggulkan

my favourite interior trends this season